Image of Ulama Perempuan Madura: Otoritas dan Relasi Gender

Book

Ulama Perempuan Madura: Otoritas dan Relasi Gender



Bagi masyarakat Madura, nyai tidak hanya menjadi simbol keilmuan dan keagamaan, tetapi juga sebagai simbol perlawanan atas berbagai ketidakadilan. Meskipun ketokohannya kerap dianggap tidak sentral di dalam masyarakat patriarki di Madura, ternyata para nyai memiliki peran yang signifikan, yang berhasil melakukan negosiasi sosio-kultural sehingga pengaruhnya melampaui segala asumsi yang mengecilkan eksistensinya.
Itulah sebabnya, masyarakat Madura menempatkan sosok nyai sebagai ulama perempuan dalam berbagai konstruksi, yaitu konstruksi sejarah, agama, sosial, dan budaya. Dalam konstruksi budaya, nyai dipandang ajeg dalam menjaga tradisi. Dalam konstruksi sosial, mereka ditempatkan sebagai sosok karismatik dalam perekat kehidupan sosial. Dalam konstruksi agama, nyai menjadi juru selamat sekaligus motivator dalam beragama, dan dalam konstruksi produk sejarah, nyai merupakan pewaris lembaga keagamaan yang harus dijaga silsilahnya.
Kepatuhan masyarakat Madura terhadap ulama merupakan kepatuhan tulus tanpa syarat, dan berlangsung secara turun-temurun. Mereka memahami tentang arti pengharapan sehingga tidak perlu mempertanyakannya mengapa, kepada siapa, dan untuk apa kepatuhan tersebut dijalankan.


Ketersediaan

9431INA VII.44.03 Jan/2020Perpustakaan Komnas HAMTersedia

Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
INA VII.44.03 Jan/2020
Penerbit Ircisod : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
344 halaman; 20 x 14 cm; Bergambar.
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9786237378839
Klasifikasi
INA VII.44.03
Tipe Isi
text
Tipe Media
unmediated
Tipe Pembawa
volume
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this