Detail Cantuman
Advanced SearchBook
Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Buku 2: Pesta Tentara, Hakim, Bankir, Pegawai Negeri
Hari ini mungkin lebih mendung daripada kemarin. Melacak korupsi "sipil" sulit karena semuanya serba rahasia, apalagi meneliti korupsi di kalangan TNI. Dan apakah korupsi bisa ditekan jika tidak dimulai dari sektor hukum dan peradilan? Sayangnya, masyarakat hanya memperhatikan korupsi yang spektakuler, tapi tidak memberikan perhatian pada korupsi kecil-kecilan namun sistemik. Misalnya korupsi di sektor pelayanan publik, seperti PAM, PLN, perolehan SIM dan pemungutan pajak.
Para investor juga kecewa. Di bawah rezim Soeharto keadaannya lebih jelas. Sekarang, hasil belum tentu tercapai, meski biaya sudah dikeluarkan. Sementara bank-bank yang ambruk dan kini ditambah modalnya oleh pemerintah, tampaknya akan mengulangi kegagalan karena dibiarkan terus di tangan manajemen para pemiliknya semula.
Mencuri Uang Rakyat memperingatkan bahwa kebijakan tunggal tidak akan mempu menahan arus deras korupsi. Bila tekanan politik cukup kuat, biasanya pemerintah berhasil menggembosi gerakan anti-korupsi dengan pura-pura serius ingin melawan korupsi dengan cepat-cepat membentuk komisi dan satgas anti-korupsi.
Menjebloskan koruptor ke dalam penjara juga tidak akan berhasil membendung arus korupsi.
Ketersediaan
8565 | INA II.02.05 Mencuri/2002 | Perpustakaan Komnas HAM | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia
|
---|---|
No. Panggil |
INA II.02.05 Mencuri/2002
|
Penerbit | Yayasan Aksara : Jakarta., 2002 |
Deskripsi Fisik |
xv, 135 hlm. ; 24 x 18 cm.
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
979-3093-02-1
|
Klasifikasi |
INA II.02.05
|
Tipe Isi |
text
|
Tipe Media |
unmediated
|
---|---|
Tipe Pembawa |
volume
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|