Detail Cantuman
Advanced SearchBook
Pesantren Studies 2b; Buku II: Kosmopolitanisme Peradaban Kaum Santri di Masa Kolonial; Juz Kedua: Sastra Pesantren dan Jejaring Teks-teks Aswaja-Keindonesiaan dari Wali Songo ke Abad 19
Abad ke-19 di Tanah Air kita disebut sebagai abad kegelapan, abad animisme dan kevakuman intelektual. Orang-orang Indonesia dikatakan belum mengenal peradaban, belum mengenyam sekolah modern dan organisasi reformis-kebangsaan.
Tapi justru di masa itulah, di alam penjajahan, produksi pengetahuan Nusantara dan teks-teks pesantren berlangsung secara massif. Ada puluhan ribu teks-teks yang ditulis maupun dicetak oleh kalangan santri-ulama dan santri-mustami' selama abad 19 itu. Dan jangkauan peredaran teks-teks itu membentang dari Aceh hingga Papua, hingga dinikmati penduduk di kawasan Samudera Hindia dan Asia Tenggara. Teks-teks ini kemudian dijadikan fondasi peradaban, jejaring ekonomi, sikap kebudayaan, dan juga bangunan politik anti-penjajahan anak-anak bangsa ini. Apa rahasia dan kekuatan teks-teks pesantren itu, yang kini sudah jarang kita temukan pada anak-anak sekolahan kini?
Kekuatannya terletak pada karakternya yang berbasis di pedesaan. Orang-orang pesantren menulis bersama orang-orang desa, merangkai kata dan kalimat di tengah kekayaan alam pedesaan, dan juga menulis, mencetak dan menyebarkan untuk tujuan membela segenap sumber-sumber ekonomi dan kehidupan bangsa ini yang berpusat di desa! Dalam menulis dan menghasilkan karya orang-orang pesantren mengikuti uswah hasanah yang diukir para Wali Songo di abad 15 dan 16. Para waliyullah ini mengajarkan anak-anak bangsa ini praktik menulis: menulis buku-buku sejarah dan cerita-cerita populis. Pena seorang penulis adalah ibarat pedang, demikian yang diajarkan. Menulis adalah ibarat senjata yang harus dimiliki orang-orang desa, dan juga orang-orang pesantren, dalam membangun dan membela peradaban Nusantara ini. Itulah yang diajarkan oleh para Wali Songo.
Buku ini dalam seri PESANTREN STUDIES ingin menunjukkan bagaimana para Wali Songo membentuk satu pendekatan dengan basis masyarakat dan pendukungnya. Setelah ikatan dengan masyarakat desa sudah terbangun, tatkala publik khalayak atau mustami'nya sudah dimobilisasi, para Wali Songo lalu membangun komunitas santri dengan basis di pesantren. Mereka ini pada gilirannya akan menggelar kegiatan tulis-menulis tentang Aswaja (Ahlussunnah Waljamaah) serta memberi karakter atas bangunan kebangsaan kita, yang akan terus dipertahankan hingga akhir hayat.
Ketersediaan
8477 | INA II.99 Baso/2012 | Perpustakaan Komnas HAM | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
INA II.99 Baso/2012
|
Penerbit | Pustaka Afid : Jakarta., 2012 |
Deskripsi Fisik |
xix, 383 halaman; 24 x 16 cm.
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
INA II.99
|
Tipe Isi |
text
|
Tipe Media |
unmediated
|
---|---|
Tipe Pembawa |
volume
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
Ahmad Baso
|
Versi lain/terkait
Judul | Edisi | Bahasa |
---|---|---|
Pesantren Studies 2a; Buku II: Kosmopolitanisme Peradaban Kaum Santri di Masa Kolonial; Juz Pertama: Pesantren, Jaringan Pengetahuan dan Karakter Kosmopolitan-Kebangsaannya | id |