Pada tanggal 30 september dan 1 Oktober 1965 di indonesia terjadi suatu usaha kup. Dalam peristiwa itu enam orang jenderal terbunuh. Kup yang gagal ini diikuti oleh sebuah pembunuhan massal di antara kaum komunis dan mereka yang dianggap komunis, yang menurut perkiraan mencabut nyawa lebih dari setengah juta orang Indonesia, sedangkan berpuluh-puluh ribu lainnya lenyap dalam tahanan selama bertahun-tahun, tanpa diadili. Peristiwa-peristiwa yang fatal ini mengiringi jatuhnya presiden Soekarno dan pengambilalihan kekuasaan oleh Jenderal Soeharto.
Walaupun keluarga para korban mendesak, sampai saat ini belum diadakan penyelidikan resmi sehubungan dengan tragedi terbesar dalam sejarah Indonesia. Selama pemerintahan Soeharto yang bertahun-tahun, penyelidikan semacam itu tidak terbayangkan karena ialah yang terutama bertanggung jawab untuk peristiwa berdarah itu. Empat puluh tahun sesudah kejadian rupanya sekarang ada kemungkinan bahwa berpuluh-puluh kuburan massal di kepulauan Indonesia dari tahun 1965-1966 digali dan mayatnya dikuburkan kembali dengan khidmat. Sebuah penyelidikan resmi mengenai peristiwa-peristiwa tahun-tahun itu akan bisa menyembuhkan luka-luka yang ditinggalkan di Indonesia oleh kenangan pahit ini. Dengan katarsis ini bisa dibangun sebuah 'jembatan emas' menuju suatu masyarakat Indonesia yang didukung oleh kelima sila Pancasila - tolerasi religius, persatuan nasional, humanisme internasional, demokrasi konsensus dan keadilan sosial - yang menjadi cita-cita filsafat kenegaraan Soekarno.